Ran Kurogane's
Writing Commission

I will make your dreams come true...

Information

in English

  • The time needed to work on the project is determined by the word count, plot complexity, and queues

  • Basically, no minimum or maximum word count for the project, but please keep in mind that the more you wish the story goes, the longer it will take to finish it. I've categorized the writing services in the form. Please email me to discuss it first if you wish to order a big project

  • The commercial price is twice the original price, and if you want me to be your ghostwriter, it will multiplied by three and it's all yours

  • Payment via PayPal / ovo / bank transfer (BCA only)

  • DP or pay in full when the flow is approved

  • Refunds will be 50% of the deal price, but I hope it won't happen. I'll try my best to please you

  • Please fill out the order form here

  • One plot revision (including correcting, deleting, or adding scenes)

in Bahasa Indonesia

  • Pengerjaan sesuai banyak kata, kerumitan plot dan antrian.

  • Tidak ada batasan untuk jumlah kata tapi tolong diingat, semakin panjang ceritanya semakin lama waktu pengerjaannya. Silakan dibicarakan dahulu jika ingin memesan proyek besar

  • Harga komersial dikalikan dua dari harga asli. Jika ingin menggunakan jasa saya sebagai ghostwriter, harga karya ghostwriter dikalikan tiga dari harga asli dan karya tersebut menjadi milik Anda sepenuhnya.

  • Payment via paypal / ovo / gopay / transfer bank BCA.

  • Sistem DP atau bayar lunas saat alur disetujui.

  • Refund 50% dari harga yang disetujui, tapi saya harap itu tidak terjadi. Saya akan berikan yang terbaik

  • Form pemesanan dapat diakses di sini

  • Satu kali revisi alur (termasuk memperbaiki, menghapus, atau memasangkan scenes).

Price List

For overseas commissioners1. Poem & Song lyrics - $0.1 /word
2. Orifict - $0.04 /word
3. Fanfic - $0.06 /word
4. +$0.01 - for adult content, historical, heavy theme research

For Indonesian commissioners1. Puisi dan Lirik Lagu - 100.000 rupiah / project (tidak lebih dari 300 kata)
2. Orifict - 50 rupiah /kata, minimal 1000 kata
3. Fanfic - 70 rupiah /kata, minimal 1000 kata
4. +8.000 rupiah / 1000 kata - untuk konten dewasa, yang mengandung unsur historis, dan tema yang membutuhkan penelitian mendalam

Categories

Basically everything will be accepted, but please keep in mind that some might need more time to research than others. That's why we need to discuss the material first. Here is some theme that I familiar with and have been my forte for some times.

  • Fantasy

  • Thriller

  • Horror

  • Mystery and Crime

Additional Notes

  • I'm familiar with fantasy and horror novels and authors like JRR Tolkien, CS Lewis, GRR Martin, Ursula K. LeGuin, Neil Gaiman, HP Lovecraft, Stephen King, JK Rowling, and Christopher Paolini

  • I'm familiar with Japanese RPGs, especially the 90s and early 2000 games. A hardcore player on Capcom games, Tales of Series, and Final Fantasy series

  • My writing style is heavily inspired by those authors and 90s Japanese RPGs

  • I've watch a lot of anime and can't fit it all in here so feel free to hit me up in case you have a fanfic idea in mind

  • Currently become a cult member of Genshin Impact, FGO, and Arknight. A seasonal GBF player and a newbie on Nu: Carnival

  • Aside of my personal research, I will often come to visit to ask questions and conduct interviews about the story and the characters, especially if I'm not familiar with the character (usually OCs) or the fandom.

  • After the flow is approved and payment received, the writing process will begin. I will periodically send reports about the progress

  • You will be notified if there are problems or there are conditions where I temporarily have suspend the progress.

Samples

Here are some samples I was or currently working on. Due to the copyright, I just include parts from the whole work.

Sample Translyric - Torikago: In This Cage (Bahasa Indonesia)

Nan jauh di kaki langit s’ekor kukila menunggu dirimu
Tanpa daya pergi melayang sungguh tegar (ia) bergeming di sana
Di sangkar penuh kan karat taksir sang waktu perlahan memudar
Hapus begitu banyak warna hingga semua permai pun menghilang
Dan pada siapapun yang mendengar, bawalah semua seru ku ini
Ke langit itu
Pada mega itu
Ke peraduan tempatmu terlelap
The distance to heaven
The distance from my heart
Bumantara yang tertutup diam
S’karang mulai membuka arang dan siarkan semua duka lara
The distance to heaven
The distance to sky
Pelan hujan pun menetes lembut
Lirih ia basuh diri yang terkubur oleh semua harap samar ini

Sample Translyric - Born from le Chevalier d'Eon (English)

even with all the tears that you have shed
all the pain and sadness within you won't be just heal it
all excuses that you have giving in
was just how your coward self fit in and settled in your heart
even so, I just wish to believe in
this trifling dreams, (the) spark in the very beginning
so I can embrace my broken heart and start it all over again
dragging all the pain within my every steps
(though) in my confusion no more colors left for those tomorrows,
for the future cannot be seen by this senseless wandering mind
after all cries worned out from this shattered soul,
I will find myself reborned at the end of the rainbow

Sample lyric for an original song

Visions of nothingness
She have dreamed of joy departed—
In a waking dream of her life
In her flickering light
Hath thy left her bare and broken-hearted
[Anguish… Tormented… Sorrow and Misery…
Damned and Tortured… Suffocated in distress…
Once was the clearest one
Outshines every souls
But for a single word
Punished for centuries life
As favors fell to mortals anathema]

Story samples in Bahasa Indonesia

Sample 01“Sepertinya anda harus kembali mempelajari kitab suci anda, Bapa,” sosok itu melangkah pelan menuju lelaki tua yang beringsut ketakutan di tanah, merengek meminta ampun pada bayangan kematian yang datang mendekat bersama sepasang karambit yang bersinar dalam genggamannya. “Mungkin jika engkau membacanya dengan lebih teliti, engkau akan menyadari bahwa doa dan pengampunan tidak dapat dibeli, bahkan dengan seluruh emas permata di muka bumi ini,”“Hiii!” jerit ketakutan lelaki itu tercekat di tenggorokannya. Matanya liar mencari jalan keluar, sementara kakinya tak berhenti berkedut, menandakan besarnya takut yang dirasa. Ia menggapai, berharap ia akan menemukan sesuatu yang dapat digunakan untuk membela diri, tapi jemarinya tak kunjung menemukan apapun. Ia kembali menatap sosok di hadapannya dan sekali lagi jeritan lemah terlontar dari bibirnya. “To-tolong!”“Ya,” sahut sosok itu lagi. Suaranya terdengar manis, memantul ringan di tembok kapel itu, menciptakan efek gaung yang jenaka.Namun tiada tawa yang dirasakan si lelaki tua. Kakinya menendang kalut, berusaha sebisa mungkin untuk menjauh dari sosok yang melangkah mendekatinya.“Ya, Bapa. Mungkin engkau akan menyadari, kalau keselamatan tidak terdapat dalam kata-kata kosong yang manis. Ya, kata-kata yang engkau ucapkan tiap minggu, di tengah sorak sorai para jemaatmu, orang-orang yang engkau bimbing menuju kehancuran di tiap ballroom yang kau sebut gerejamu,”“He-... hentikan… Jangan bunuh aku… tolong….” pria tua itu mengangkat tangannya, berusaha melindungi wajahnya dari sorot mata penuh kebencian yang dipancarkan iris hijau di hadapannya. “A-aku bisa memberimu beberapa keping emas. Tolong, jangan bunuh aku,”“Oh, coba lihat ini,”Sosok itu tertawa mengejek. Dengan acuh terus mengetukkan hak sepatunya pada lantai granit yang dingin dengan irama monoton yang menggema dalam ruang itu. Ia melambaikan karambitnya, membiarkan cahaya remang dari lilin-lilin di altar memantul di bilahnya yang melengkung bagai cakar kucing hutan, memberi korbannya sedikit kilasan akan keindahan yang dapat ditemukannya dalam kematian.“Sepertinya gembala yang baik pun takut pada lembah kematian. Haruskah aku menyanyikan Mazmur dua puluh tiga itu di sini untuk menyemangatimu?”“Tolong… siapapun, tolong aku…”“Tidak ada yang akan menolongmu di sini, Bapa,” sosok itu memasang kuda-kuda, bersiap melancarkan serangan mematikan dengan karambit kembarnya. “Tapi percayalah, engkau bisa menebus dosa dalam api suci dan mendapat pengampunan, jika engkau cukup kuat untuk terbakar di dalamnya,”Hal berikutnya yang terdengar adalah kepak sayap sekumpulan besar kelelawar yang terbang menuju langit malam tak berbintang.Beberapa saat kemudian seorang pemuda dengan rambut sehitam malam keluar dari pintu kayu di belakang kapel kecil itu. Ia memasukkan kedua tangannya dalam kantong jaketnya, dengan hati-hati menundukkan kepala, menyembunyikan kedua iris hijau terang miliknya dan menyelinap di antara sekumpulan orang yang sedang melepas lelah dengan kegesitan seekor kucing gunung. ia bergegas menuju gelapnya malam, dengan mudah meliuk diantara kerumunan orang dan bayang-bayang bangunan.

Sample 02Pagi itu aku mendapat sebuah bingkisan darinya. Sebuah kotak kayu kecil yang tutupnya dipaku rapat. Cukup aneh sebenarnya, karena meski kami pernah dekat, tapi aku sudah tak mendengar kabar apapun darinya selama hampir empat tahun. Aku sempat curiga kalau ini hanyalah lelucon gila dari orang tak dikenal, tapi saat aku melihat tanda tangan dan aliasnya pada bingkisan itu, seluruh keraguanku lenyap. Itu jelas tulisan tangannya, meski alamat pengirimnya sangat diluar perkiraan.“Rusafa, Bagdad?” aku bergumam. “Irak? Apa yang dilakukannya di sana?”Aku buru-buru masuk ke dalam rumah. Sambil mengerutkan kening aku mengambil martil dan membuka kotak kayu itu. Di dalamnya ada sebuah bungkusan yang tampaknya terbuat dari kain kumal kecoklatan yang dipenuhi tulisan dalam aksara yang tidak kuketahui. Aku membuka bungkusan itu dan mendapatkan sebuah buku dengan sampul kulit berwarna hitam di dalamnya. Di tepinya dipasang pelindung dari kuningan, dan di sampul depannya tertera gambar lingkaran dengan hiasan rumit yang mengingatkanku pada sigil bangsa elf di film fantasy yang pernah kutonton. Aku membalik buku itu dan di punggungnya lagi-lagi tertera beberapa karakter yang tak dapat kubaca, kali ini ditulis dengan tinta emas.“Apa ini?”Aku lalu mengalihkan pandangan pada sepucuk surat yang tadinya tertempel di sisi kotak. Dengan rasa penasaran yang semakin menjadi, aku membuka sampul lusuh itu dan menemukan secarik kertas kumal dengan tulisan acak-acakan.Bantu aku menerjemahkannya. Barang antik kelas wahid. Simpan baik-baik. Banyak yang mencarinya. Salam, Johann.
Ps: Jangan dibiarkan terbuka atau tergeletak begitu saja! Jika tidak sedang membacanya, bungkus dengan kafan dan letakkan di dalam kotak, paku kotaknya menggunakan sembilan paku, dan simpan di tempat kecil yang terkunci. Ingat, paku dengan sembilan paku. Apa yang menjadi milik orang mati harus diperlakukan selayaknya memperlakukan mereka yang sudah mati. Mereka akan berusaha mencuri hidupmu jika kau lengah!
“Apa-apaan?”Aku membalik beberapa halamannya dengan bingung. Buku ini seperti novel bergambar yang sering kujumpai di sudut etalase di toko buku lokal di kotaku. Hanya saja ditulis dengan aksara yang tidak kukenal. Aku menggelengkan kepala. Johann memang eksentrik, tapi peringatannya itu benar-benar terlihat berlebihan. Kenapa aku harus membungkusnya, memasukkannya ke dalam kotak dan memaku kotaknya dengan sembilan buah paku setiap kali aku tak sedang membacanya, sementara ia memintaku untuk menerjemahkannya? Lagipula, dimana dia sekarang? Pikirku saat itu, ia tak mungkin tahu apa yang kulakukan terhadap buku itu, dan aku sangat penasaran dengan isinya.

Story sample from a short story in English

Sample 01Two weeks before my 15th birthday I moved to a plantation house in Lembang, West Java. The place was quiet and beautiful, with a cool breeze and fresh air. Such a perfect fit for my mom who was looking for a place to finish her book. As a teenager, I thought it might be a boring place, but boy I was wrong. I know it sounds cliche, but even after all the bizarre things happened, I still love to visit that house.It was an old plantation house, originally owned by my grandparents. Painted in white with tall windows and high roof, the architecture kept the inside even cooler than it is outside, and the beautiful garden surrounding it adorn every corner with flowers. Its pleasant smell spread in the house as some kind of natural air freshener. My mom just couldn’t stop talking about it.The colonial house was certainly too big for me and my mom alone. Sometimes a gardener called Mang Ujang would come to take care of the garden, especially the flower bushes. But as far as I know, Mang Ujang didn’t live there and wouldn’t dare to stay overnight at the mansion. I don’t know why, and I never asked. To be honest, his scarred face creeped me out, so I prefer not to be close with him anyway. Fortunately, aunt Sam and her quirky twin brother would stay with us in the first week. That would be a great help since neither I nor my mom are familiar with the area.“Thank you for picking us up,” mom threw herself into the backseat after making sure everything was packed perfectly in the trunk. “Really, it’s a life saver. Thanks a lot,”“Don’t mention it,” aunt Sam smiled at us, handed a bag of crackers to me and continued. “C’mon, Sam! Let’s hit the road!”Mom laughed. It’s quite funny to hear my aunt call her twin brother by her name, but really, they share the same name. Uncle Samuel was sitting behind the wheel, calmly driving the car among the crowd and beside him was aunt Samantha, busy with her music collections. Mom usually called uncle Samuel as Miel, and aunt Samantha as Atha. I guess that same name jokes were made to confuse me.

Sample 02Oh, Danny boy, the pipes, the pipes are calling
From glen to glen, and down the mountain side
The summer's gone, and all the roses falling,
It's you, it's you, must go and I must bide.
Amiya looked at the battlefield in horror. Indeed, Fortuna was on their side, but the casualties in front of her were unbelievable. Not far from there, their leader was standing, shouting commands on top of her lung while shooting their enemies vigorously.“Stop it Doctor! More than this and you will…”“Shut up and do what I said!” the raven haired girl shouted, almost sending Amiya into tears. “Asist Flamebringer on the left side! Don’t argue with me now!”“But, Doctor,”“Shining!” She ignored her, concentrating on breaking the opponent's formation in front of her. “Shining! Aosta! Assist me! Hoshiguma, hold the enemy in front of us!”“More enemies are coming!” someone shouted. “It’s Sarkaz Centurion!”“Centurion? Those fuckers…” she spit curses in her mother’s tongue, bringing a grin on Hoshiguma’s face. “Gavial! Asist Broca and Vulcan! Exusiai! Take your position between Shining and Gavial, and try to reduce the centurion's number before they reach our squad! Hurry up!”